Sabtu, 26 Mei 2012

SNOW WHITE DEIDARA


PROLOGUE~
Pagi itu,Kushi dan Ai sedang kalang kabut meratapi nasib pertunjukannya yang nampaknya akan gagal total (?)

Bagaimana tidak? Wong semua pemerannya tiba-tiba terkena wabah cikungunya (?)

Tapi untungnya,di tengah kehisterisan duo sutradara (kushi n ai) itu , munculah sekumpulan orang gaje norak bernama Akatsuki ..

"Woy!Kami nggak norak yo !" Seru Pein ketua geng Akatsuki ia tak terima kalau kelompoknya diejek.

"Nggak norak duank? Berarti gaje dunk.."Tambah Sasori salah satu (satu-satunya orang yang cakep) anggota akatsuki tersebut.

"Kagak lah ! Kita ini kan alwayscoolperfectawesomedankereduit(?)"Timpal Pein narsis , kemudian diiringi tepuk tangan seluruh anggota akatsuki(?)

"Haha iya deh apapun gini deh saya mau ngomong .. "Kata Kushi memulai pembicaraan penting tersebut.

"WHAT THE ! Baru kenal udah mau nembak gue !" Teriak Itachi histeris dan anggota aktsuki min Itachi dan plus Kushi Ai langsung pada sweatdropped.

"Bukan ngomong soal itu tau! Lagian mana mungkin saya demen sama kakek tua keriputan kayak ente ! "
Jelas Kushi yang diakhiri dengan 2 hari 2 malam terbaring di kamar perawatan VIP gara-gara di amaterasu Itachi.

"Terus apa dong , un ?" Tanya seorang anggota akatsuki yang memiliki paras pria setengah wanita itu. *plaak!*

"So, kita tuh ke sini karena lagi butuh pemeran di drama kami yang akan dipentaskan besok . Kalian mau nggak jadi pemeran tokoh di drama kami besok ?" Ai mulai memohon.

"Kalau ada duit sih kami mau." Kata Kakuzu udah bawa-bawa kalkulator.

"Tenang aja…Pasti dikasih duit kok."Tambah Kushi (udah sehat)

"Wew! Masa ? berapa deh ?" Tanya Kakuzu antusias.

"Yah .. maksimal goceng per orang."Kata Ai langsung ngelonyor pergi,pura-pura nggak kenal.

"Huaaa!Kami mohon ! Mau ya ? Ya ? Ya ?" Kushi dan Ai yang panic mulai memohon-mohon pada Akatsuki sambil sujud-sujud di depan mereka.

Pein : "Gue sibuk." *sambil baca buku laknatnya*

Konan : "Gue juga.." *sibuk main origami*

Sasori : "Pein sibuk,apalagi gue.."*lanjut bikin Barbie*

Hidan : *lagi ritual Dewa Jashin*

Kisame : *lagi pacaran sama ikan-ikannya*

Zetsu : "………….."

Deidara : "Dei selalu sibuk berkarya seni,un!" *mainan lempung*

Kakuzu : *ngitung duit*

Itachi : "Gue terlalu keren buat main drama, mending juga maen pilm.."

Tobi : "Tobi anak baek pengen makan lollipop aja ah !"

Karena usaha duo itu agaknya sia-sia,kemudian mereka pun pulang dengan langkah gontai dan tanpa hasil.
FIN

Kushi :"Lho! Harusnya nggak gini dunk !"

Ai : "Terus kita harus gimana ? Mereka nggak mau tuh .."

Kushi : "Hueeee ! Harusnya kan kalian mau ! Aku kan authornya ! *nangis-nangis gaje*

Akatsuki : "Tapi kan kami sama sekali nggak dapet bayaran !" *Akatsuki mulai tertular wabah pelit Kakuzu.

Kushi : "Pokoknya mau !"

Akatsuki : "Maksa banget sihhh !"

Kushi : "Kalau kubilang mau yam mau !" *nodong AK47 nya Hiruma*

Akatsuki : "Yes sir !"(Akatsuki takut mati,makanya mereka akhirnya mau menerima tawaran sang author.)

Kemudian akhirnya duo sutradara itu berhasil mencari para pemain pengganti dalam drama mereka tersebut.

SNOW WHITE

Para pemain :

Snow White : Deidara
Prince : Sasori
Ratu lama : Kurenai
Ratu baru : Orochimaru
Raja : Kabuto
Assasin : Kisame
Penjual cermin : Siapapun boleh
Kurcaci :
Pein
Konan
Hidan
Zetsu
Tobi
Kakuzu
Itachi

(Kurenai,Orochimaru,dan Kabuto adalah para pemain yang tidak terkena wabah cikunguya)

Kemudian , sebelum para Akatsuki mengebom author karena susunan pemain tersebut , drama pun segera dimulai …

SNOW WHITE (DEIDARA)

Pada suatu hari ketika musim salju, seorang ratu sedang menjahit dan tanpa sengaja jarinya terkena jarum dan berdarah."Yee, orang aku pakai mesin jahit kok…"

Tiba-tiba mesin jahitnya meledak! Bunyinya BUM! Ruangan sang ratu menjahit hancur berkeping-keping, mesin jahit itu hancur lebur, ruangan-ruangan di sebelahnya rusak parah, saluran listrik, air, gas, telpon, internet, satelit, dan eee… sambungan telpon dengan benang, semuanya nonaktif. Bisa dibayangkan dong gimana keadaan sang ratu… Jari sang ratu terkena jarum dan berdarah.

Sang ratu melihat tetesan darah yang terjatuh di atas salju putih.

"Seandainya saja aku memiliki anak perempuan yang seputih salju, semerah darah, dan sekuning bingkai jendela itu."Kata ratu Kurenai.

Pein : "Disana nggak ada bingkai jendela, sungguh."Kata Pein merasa tak melihat sebuah jendela di atas panggung.

Beberapa tahun kemudian sang ratu melahirkan anak perempuan yang sesuai keinginannya. Kulitnya merah, matanya kuning, dan rambutnya putih.


Sang ratu nggak ingin anak seperti itu, jadi kelahiran anaknya tadi dibatalkan. Kemudian ia menggambarkan gambar anak yang diinginkannya, berkulit putih kemerahan dan berambut kuning seperti bingkai jendela itu.


Hidan : "Bingkai jendela yang mana sih?" Hidan juga merasakan hal yang sama seperti Pein.

Sang ratu kemudian menyerahkan draft itu ke desainer dan kemudian desainer menyerahkan pada dokter. Sang ratu melahirkan anak sesuai keinginannya, dan anak itu dinamai Deidara. Tidak lama kemudian sang ratu meninggal, kematiannya dimungkinkan karena keracunan, sebab ditemukan zat pewarna putih, kuning, dan merah di rahimnya. Kuningnya seperti bingkai jendela itu.


Konan :"Bingkai yang di dekat vas itu bukan?" Konan menebak-nebak.

Raja Kabuto yang mengetahui kematian istri yang sangat dicintainya sepenuh hati shock berat, karena itulah ia menikah lagi dengan wanita cantik yang ia pilih dari seluruh penjuru dunia, saking shocknya.

Meskipun cantik, wanita itu agak aneh. Ia sering bicara sendiri dengan cermin, padahal di kerajaan nggak ada cermin. Karena itu ia mendatangi toko cermin.

"Mas, ada cermin yang enak diajak omong nggak?"Tanya Ratu Orochimaru kepada si penjual cermin.

Penjual cermin berpikir, dia ini pasti ratu talking-to-mirror-mirror-hanging-on-the-wall-you-do-not-have-to-tell-me-who-is-the-biggest-fool-of-all yang dinikahi raja Kabuto. Tapi bagaimanapun juga ia sangat menghormati raja Kabuto.

"Hei, ratu bodoh! Kalau mau cermin ke belakang sana! Apa? Gitu aja minta diantar? Manja!"

Ratu Orochi sangat terkejut, ia menangis…

"Ternyata ada juga yang tahu kalau aku ini bodoh, aku sangat terharu…"

Ratu Orochi kemudian tiba di ruangan penuh cermin. Ia mengajak salah satu cermin bicara.

"Cermin-cermin di dinding, siapakah gadis yang paling cantik?"

Cermin itu kemudian menjawab.

"Hei, siapa yang kamu maksud? Aku?"

"Yaaa… Iyalaaah…"

"Kalau gitu jangan pakai jamak, dasar ratu bodoh!"

"Wah kamu juga tahu kalau aku bodoh! (senang) Baiklah, cermin di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Tergantung…"

"Tergantung?"

"Kamu sudah melakukan hal itu dengan raja belum?"

"Hal itu? Hal yang… Itu? I… tu… Eh, gimana yaaa… Belum…"

"Heh (menyindir), dasar anak-anak."

"Apa maksudmu?"

"Kamu nggak tahu ya? Aku dengan istriku sudah melakukan itu puluhan kali."

"Puluhan kali? Melakukan apa? Gimana?"

"Sudah ah, aku nggak mau menanggapi anak kecil. Bye."

"…"

Ratu Orochi masih agak bingung. Ia pun memilih cermin lain.

"Cermin, apakah aku paling cantik?"

"Tidak."

"Apa aku cantik?"

"Tidak."

"Apa aku cantik?"

"Tidak."

"Apa kamu bisa berbicara yang lain selain tidak?"

"Coba lagi."

"Apa aku cantik?"

"Tidak."

"…"

Ratu Orochi merasa pernah melihat hal yang sama di acara televisi kerajaan.

Ratu Orochi pun pasrah dan meninggalkan toko. Seketika ia kembali ia dibelikan cermin oleh raja Kabuto.

Ia senang dan mulai mengajak cermin itu bicara.

"Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Thou, O Queen, art the fairiest of all!"

Ratu Orochi tidak tahu bahasa asing, tapi ia sangat senang karena ia baru kali ini mendengar cermin
berbicara. Raja Kabuto yang mengetahui itupun jadi senang.

"Ternyata ia memang suka dengan cermin talking-only-thou-punctuation-o-queen-punctuation-art-the-fairiest-of-all-exclamation yang kubelikan."Kata raja Kabuto bangga.

Tetapi hal itu tidak lama, tujuh tahun setelah itu (itu lama yo…) Deidara telah menjadi gadis kecil yang cantik. Kulitnya yang putih kemerahan menjadi sangat indah, dan rambutnya yang kuning menjadi sangat menyerupai bingkai jendela itu.




Tobi
 :"Kalau bukan yang di dekat vas berarti yang mana?" Tobi bertanya dengan wajahnya(?) yang polos .

Ketika ratu baru Orochi (sudah tujuh tahun, sudah lama berarti) itu mencoba berkata pada cermin, ia terkejut.

"Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Thou art fairer than all who are here, Lady Queen. But more beautiful still is Deidara, as I ween."

 "Apa? Mengapa bicaramu berganti jadi panjang? Pendek aja aku nggak ngerti!"

Raja Kabuto yang mengetahui hal itu cukup kecewa juga.

"Kenapa ia tidak suka dengan cermin talking-only-thou-art-fairier-than-all-who-are-here-punctuation-lady-queen-full-stop-but-more-beautiful-still-is-deidara-punctuation-as-i-ween-full-stop yang baru? Padahal cermin itu lebih mahal?"Keluh Raja

Ratu Orochi menjadi marah kepada Deidara karena namanya disebut di cermin. Ia pun menyuruh assassin Kisame untuk membunuh Deidara dan membawa hatinya sebagai bukti.

"Hei, ass! bunuh Deidara dan bawa kesini hatinya."Perintah Ratu Orochimaru pada Kisame.

"Kok aku dipanggil ass, sih? Ya udah, nggak papa, nggak ada yang senang kalau aku hidup."Kata Kisame kemudian pundung di puas pundung,ia pun berdiri.

Kisame pergi dengan langkah lemas.

Tidak butuh waktu lama untuk Kisame menemukan Deidara, Deidara berada di depan pintu kamar ratu.

"Hai, asin! Mau nemuin mama ya,un?"Tanya Deidara sambil senyum so cute.

"Mengapa sekarang aku dipanggil asin? Nasibku…"Kata Kisame lemas

"Kenapa, asin?"

"Nggak papa, kalau gitu aku nemuin mamamu dulu ya…"

"Oke deh kalau gitu…"

Kisame kembali ke kamar ratu.

"Ratu mencari saya? Atau saya mencari ratu?"Tanya Kisame sambil garuk-garuk lubang hidungnya(?)

"Lho, udah kembali kamu. Gimana ass? Udah dapet hatinya Deidara?"Kata Ratu Orochimaru antusias

"Eh, hati? Hati… Oh! Err… Anu…"Kisame panic,ia merasa belum mengambil hati milik Deidara.

"Wow! Apakah bola yang kamu pegang itu hatinya Deidara? Bagus sekali kerjamu. Nanti bayarannya
kukirim ke rekeningmu."Kata Orochimaru kemudian mengambil bola di tangan Kisame.

Itachi : "Sejak kapan Kisame bawa bola?"

Kisame heran juga, ratu kan tahu kalau ini bola? Tapi nggak papa lah, setidaknya ia nggak jadi membunuh seseorang, ia takut dosa.

Tiba-tiba Deidara masuk kamar ratu.

"Mama, Deidara mau main dulu ya,un…"

"Baiklah, Dei. Hati-hati ya…"

"Dah mama…"

"Dah Dei…"

Kisame yang melihat itu heran, kayaknya ada sesuatu yang… Sudahlah.




Sasori : "Kok habis?Gue kan belum muncul?"

Kushi : "Lho, katanya sudahlah, ya sudah, sudah habis."


Deidara :"Yaaa… Nggak bisa gitu,un ! Dei barusan muncul nih,un !

Kemudian Deidara yang kesepian di hutan kebingungan.

Tobi : "Kok Dei senpai bisa di hutan? Sebelumnya dia kan di istana?


Kemudian Deidara yang kesepian di istana kebingungan.

Pein :"Di istana kok kesepian? Ramai ah…"


Kemudian Deidara yang tidak kesepian di istana kebingungan.

Kakuzu : "Nggak kesepian kok kebingungan?Nggak ada duit itu baru kebingungan.."


Kemudian Deidara yang tidak kesepian di istana tidak kebingungan.

Konan :"Kalau nggak kebingungan ngapain?"

Pein :"Yaa..Konan maunya ngapain.."*kedip ting ting ke Konan*

All : *sweatdropped*


Kemudian Deidara kebingungan bagaimana bisa dia yang sebelumnya berada di istana yang tidak sepi jadi tidak membuatnya kebingungan tiba-tiba berada di hutan yang sepi yang membuatnya lebih bingung lagi.

Akatsuki : *sweatdropped*

Hari sudah semakin sore, Deidara yang tersesat di hutan kebingungan, dia terus berlari.

"Bagaimana ini ,un ? hari semakin sore, garis finisnya masih tidak kelihatan,un…"

Setelah lama dia melihat kotej yang ukurannya kecil, kotej itu sangat kecil sehingga semua perabotannya ditaruh di luar. Disana ada meja yang diatasnya ada 7 piring kecil dengan warna berbeda-beda, ada merah, merah kemerahan, merah kemerah-merahan, merah berbintik merah, merah bergaris merah, putih berlapis merah, dan hitam yang dicat merah. Di atas piring itu hanya ada tepung, tepung, dan tepung.

"Apaan sih ini,un? Semua piring kok isinya tepung,un? Nggak ada sendok lagi, adanya sumpit,un!"Omel Deidara

Bagaimanapun juga, karena ia kelaparan semua tepung itu dimakannya (dengan sumpit). Kemudian ia tertidur karena makan puding rasa obat tidur.

Tiba-tiba ada 7 kurcaci yang kelihatannya habis pulang bekerja. Mereka kaget ketika membuka pintu kotejnya.

"Siapa yang duduk di kursiku?", Tanya kurcaci yang bermuka bokep itu sambil duduk di kursinya.

"Siapa yang makan di atas piringku?", Tanya satu-satunya kurcaci bergender wanita berambut biru itu sambil kebingungan mencari piringnya.

"Siapa yang memakan rotiku?", Tanya kurcaci berwajah keriput*plaak!* sambil makan roti.

"Siapa yang memakan sayurku?",Tanya Hidan Kurcaci ke empat. ketika ia melihat Itachi makan roti ia meralatnya, "Siapa yang memakan rotiku?"

"Siapa yang menggunakan garpuku?" Tanya Zetsu putih… "Kapan aku punya garpu?" Zetsu hitam bingung.

"Siapa yang memotong dengan pisauku?",Tanya Tobi ia bertanya sambil menggesek-gesekkan pisaunya ke tangannya(?), "Aduh!"

"Siapa yang minum menggunakan mugku?" … "Jangan dijawab! Aku tidak bertanya padamu!"Marah Kakuzu.

Kemudian ketujuh kurcaci itu tersadar, di dalam kotejnya kan nggak ada apa-apa…

Kayaknya mereka kurang tidur, ketika mereka menuju tempat tidur, mereka kaget.

"Siapa yang habis tidur di tempat tidurku?" Konan bertanya.

"Bukan, bukan aku!" Pein menyangkal.

"Siapa yang bertanya padamu?" Hidan bertanya.

"Bagaimana kamu bisa tahu Konan tidak bertanya pada Pein?" Itachi bertanya.

"Kenapa sampai sekarang aku nggak punya tempat tidur?" Zetsu bertanya.

"Tempat tidur? Apa itu tempat tidur?" Kakuzu bertanya.

"Hei, ada yang tidur di tempat tidurku!" Tobi tidak bertanya.

Keenam kurcaci lain melihat tempat tidur Tobi, disana ia melihat ada seorang gadis yang tertidur pulas.

"Lihatlah, cantiknya gadis itu!" Kakuzu berkata.

"Iya, cantik." Zetsu mengiyakan.

"He! Ojok mbebek ae kon! (Hai! Jangan mengangsa saja kau!)" Pein menghardiknas.

"Apa? Aku cantik?" Hidan bertanya , pertanyaan retoris.

"Kamu bukan gadis yoo…" Konan mengklarifikasi.

"Diam, diam, nanti gadis itu bangun, kasihan dia." Itachi menasehati teman-temannya.

"Aku harus ngomong apa ya?" Tobi bingung.

Ketujuh kurcaci tersebut kemudian tertidur pulas di kasur masing-masing.

"Hei, aku harus tidur dimana?" Tobi akhirnya tahu apa yang harus dikatakan.

Esoknya, Deidara terbangun dan kaget melihat kurcaci.

"Hai, aku kaget lho,un…"Kata Deidara lebay.

Ketujuh kurcaci tersebut ikutan terbangun.

Pein :"Ah"

Konan : "rupanya"

Hidan : "kamu"

Kakuzu : "sudah"

Zetsu :"terbangun"

Itachi :"dari"

Tobi :"tidurmu."

(kata-kata tersebut diucapkan secara berurutan oleh kurcaci)

"Kalian pemilik kotej ya,un? Maafkan aku, aku telah memakan semua tepung kalian,un… Tapi kalian kok makannya tepung,un?"Tanya Deidara bingung.

Pein :"Ah itu… Nggak papa… Nggak tahu juga, setelah kami memberikan makanan ternak, menyiram sayuran, atau mengambil hasil panen, warga memberi kami tepung…"

Kakuzu : "Iya, habis murah kayaknya…"

Konan :"Baca guide dari mana sih?

Zetsu : "Iya, padahal nggak enak…"

Hidan : "Kadang-kadang mereka juga datang siang-siang…"

Itachi : "Minta relaxation tea leaves lagi."

Tobi :"Iya, budum."

All :.... Budum?

Tobi : "Ah iya, kok aku bisa ngomong budum ya?"

"Sebenarnya nggak tahu kenapa aku bisa ada di hutan ini, aku nggak tahu jalan pulang,un. Boleh aku tinggal disini,un?"

Pein :"Asalkan kamu bisa mengurus rumah",

Konan :"masak",

Zetsu : "membersihkan tempat tidur",

Kakuzu : "cuci baju",

Hidan :"menjahit",

Itachi "menyulam",

Tobi : "dan membersihkan rumah, kami bisa kami anak baek !"

"Ah, aku bisa, tenang saja,un."Deidara pun mengangguk

"Baiklah kalau begitu." Kurcaci manapun yang ngomong nggak penting.*digeplak Akatsuki*

Esoknya, ketika kurcaci itu pulang dari membantu pertanian warga…

Bukan warga sih, tepatnya seseorang yang memakai topi biru dan tas ransel kuning…

….

Kakuzu :"Hei, pekerjaan kurcaci itu bertambang tahu!"

Sudahlah, ketika mereka pulang mereka melihat rumah mereka (masih) berantakan.

"Deidara! Mengapa semuanya masih berantakan?"Pein marah-marah.

"Hah? Memang dari tadi gitu kok,un…"Kata Deidara sambil asik main PS (?)

"Bukannya kamu harus membereskan rumah?" Tanya Konan kemudian.

"Hah? Kenapa harus aku,un?"

"Kan perjanjiannya gitu, kamu harus bersihin rumah untuk tinggal disini…"Tambah Hidan.

"Hah? Bukannya kalian bilang asalkan aku bisa mengurus rumah dan lain-lain,un? Aku bisa kok, tapi kenapa juga aku harus mengerjakannya untuk kalian,un?"

"Eee… Bila kau bilang seperti itu benar juga…"

Kemudian kurcaci-kurcaci itu menyesal tidak bisa meralat apa yang telah dituliskan pada cerita ini karena mereka nggak memiliki hak akses administrator.

Dari hutan kita beralih ke istana raja Kabuto. Ratu Orochi senang karena kali ini cermin yang dimilikinya berbahasa Indonesia.

"Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Terima kasih cermin, kalau yang paling ganteng?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Kok…? Kalau yang paling jelek?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"… Paling idiot?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Apa maksudnya semua ini? Ini semua pasti gara-gara Deidara masih hidup dan bersembunyi di hutan! Aku akan membunuhnya sekarang juga!"

Kemarahan ratu Orochi sangat memuncak, ia pergi ke rumah penyihir dan mencari cara untuk membunuh Deidara.

"Tentu saja anda, wahai ratu."


Ratu Orochi mendapatkan cara untuk membunuh Deidara dari penyihir yang ia temui di perempatan dekat pasar. Ia menyamar sebagai pedagang keliling dan menjual kalung ke Deidara.

"Wahai gadis yang cantik, maukah kau membeli kalung ini?"Tawar ratu Orochi pada Deidara

"Kalung yang cantik sekali ya mama, eh, pedagang keliling. Aku beli deh,un."Kata Deidara tertarik.

"Baiklah, akan kukenakan kalung ini ke lehermu."

Ratu Orochi memakaikan kalung itu ke Deidara. Karena ingin membunuhnya, Ratu mencekik leher Deidara dengan itu. Deidara pingsan dan Ratu kabur kembali ke istana.

Deidara terbangun, "Dasar penjual aneh,un, masa kalung diikatkan ke tangan sih,un? Ngikatnya keras lagi, untung nggak di leher, bisa bahaya tuh,un."

Deidara kemudian kembali ke rumah kurcaci dengan darah mengucur deras dari nadinya.

Ratu kemudian bertanya lagi pada cermin.

"Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Apa? Deidara masih hidup! Kurang ajar! Sekarang pasti akan kubunuh dia!"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

Kemudian ratu menyamar menjadi seorang nenek dan menjual sisir beracun ke Deidara.

"Wahai gadis yang berambut bagus, mau sisir?"

"Boleh juga mama, eh, pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir."

Ratu kemudian menyisir rambut Deidara dengan sisir itu.

Sesaat kemudian Deidara pingsan. Ratu kembali ke istana dengan perasaan senang.

Deidara terbangun, "Dasar nenek, kok yang disisir rambut yang lain sih,un (yang mana?). Aku sampai pingsan karena geli,un."

Deidara kemudian kembali ke rumah kurcaci.

Pein :"Tunggu, pada adegan tadi rambut bagian mana yang disisir?"

Di istana Ratu bertanya lagi pada cermin, tapi sebelumnya ia haus.

"Pelayan, ambilin minum dong!"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Apa? Masih belum mati! Argh! Sekarang pasti!"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

Pelayan datang tapi ratu keburu pergi.

"Lho, kemana sang ratu?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

Kemudian ratu menyamar menjadi seorang nenek, kali ini jualan apel beracun.

"Mau?"

"SMS sesama operator masih gratis? SMS ke operator lain 100 rupiah,un? Eh, bukan ya,un…"

"Duh, jangan iklan dong. Apel nih, mau nggak?"Kata ratu Orochi kemudian.

"Mau dong mama, eh, pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir, eh, nenek penjual apel,un."

Deidara kemudian memakan apel itu. Tidak lama kemudian dia pingsan.

"Hahaha, yang ini pasti mujarab. Kembali dulu ah."

Kali ini berbeda, Deidara tidak bangun-bangun.

Para kurcaci yang baru pulang kaget, mereka kira Deidara mati dan meletakkannya di peti kaca.

Lho, nggak dipastikan dulu? Siapa tahu masih hidup?

Kakuzu :"Nggak mau ah, dia cuma ngerepotin mbak… Kalau masih hidup beneran gimana? Repot kan?Biaya bulanan juga makin besar gara-gara ada dia. Mbak sih enak, cuma jadi narator, ngomong doang."

… Duh, aku sih pinginnya jadi cermin yang cuma bisa ngomong "Tentu saja anda, wahai ratu." itu…

Sudah lama Deidara tersimpan di lemari es… Eh bukan ya? Peti kaca ding.

Dia tidak terlihat seperti seseorang yang telah meninggal. Dia tetap seputih salju, semerah darah, dan rambutnya sekuning bingkai jendela itu.


Zetsu :"Jangan-jangan bingkai di tempat lain…"

Suatu hari pangeran kerajaan tetangga yang bernama Sasori tiba di hutan tempat kurcaci-kurcaci itu, dia kebingungan juga kok bisa tiba-tiba ada disana.

Ia melihat peti kaca Deidara dan tertarik untuk membawanya. Ia membaca tulisan emas di peti itu.

"Dijual cepat, 10 ribu bisa nego." (yang buat Kakuzu)

Pangeran Sasori membeli peti Deidara, dengan nego dulu tentunya. Sebenarnya para kurcaci merasa berat dengan kepergian Deidara itu.

Itachi :"Ya jelas berat, kita disuruh mengangkat peti ini sampai kerajaan. Dasar pangeran pelit."

Tiba-tiba ditengah jalan peti itu terjatuh karena dibuang oleh para kurcaci.

All :"… Itu sih bukan terjatuh namanya….==" "

Kakuzu :"Berat tahu! Kamu kan nggak bayar biaya pengantaran. Udah ah, kami mau pesta teh, musim semi nih!"

Sasori :"Tunggu dulu! Terus bagaimana aku bisa membawanya?"

Peti yang jatuh itu terbuka dan Deidara terjatuh. Dari mulutnya keluar potongan apel beracun itu.

"Aduh sayang nih,un!"

Deidara memakan kembali apel itu. Kali ini baru racunnya bekerja, tadi sih Deidara bukan pingsan, tapi tidur.

"Lho kok pingsan lagi?"

Pangeran Sasori menggendong Deidara sampai ke kerajaannya. Sampai di kerajaan, Deidara terbangun.

"Terima kasih tumpangannya,un."

"Lho? Jadi kamu tadi tidak pingsan ya?"Tanya Sasori kaget.

"Kenapa aku harus pingsan,un? Kamu pingin aku pingsan ya,un?"

Kemudian Deidara pingsan. Ratu kerajaan itu tidak sengaja melihatnya.

"Anakku! Apa yang kau lakukan pada gadis itu? Kamu telah menghamilinya ya?"Seru Kurenai histeris.(Kurenai dapet peran ganda)

"Apa? Kalau begitu maafkan aku ibu! Aku akan bertanggung jawab!"Kata Sasori kemudian berlutut di depan ibundanya.(Deidara dibuang begitu saja ke empang depan istana)

Deidara : "Heeey!"

Kemudian Deidara dan Sasori akan dinikahkan.

Di lain tempat,ratu Orochimaru sedang berbicara pada cermin.

"Oh cermin yang tergantung di dinding, siapakah wanita yang paling cantik?"

"Tentu saja anda, wahai ratu."

"Apa! Deidara menikah dengan pangeran kerajaan lain? Kurang ajar, masih hidup saja dia!"

Ratu pergi ke kerajaan tetangga dengan amarah yang memuncak.

"Tentu saja anda, wahai ratu."


Sesampainya di kerajaan tetangga, ratu (mama Deidara, tapi bukan manajernya kayak yang di suatu acara TV) melihat pernikahan Deidara dengan pangeran kerajaan itu. Ia mendekati Deidara dan akan mengucapkan mantera kutukan.

"Deidara! Ternyata kau ada di sini!"Marah ratu Orochimaru.

"Pedagang keliling, eh, nenek penjual sisir, eh, nenek penjual apel, eh, Mama,un?"Seru Deidara kaget.

"Deidara… Mama selalu mendoakanmu, nak. Semoga kamu berbahagia dengan pangeran ini."Kata Ratu Orochi kemudian,ia berlinangan air mata(?)

"Mama… Terima kasih banyak,un."

"Ratu, maafkan aku yang telah lancang menikahi Deidara. Aku telah menghamilinya(?)…"Jelas Sasori pada ratu Orochimaru.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku menunggu cucu pertamaku."

"Mama? Jadi mama tidak marah,un? Mama memang mamaku yang paling baik,un!"

"Terima kasih bibi!"

Mereka semua bahagia, termasuk semua warga yang menghadiri pernikahan mereka.

Pein : "Kalau bisa dibuat bahagia, mengapa memilih ending yang harus-ada-yang-mati?"

Kushi : "Emang tadi aku bilang gitu?"

Pein : "Tau ah! Gelap!"

Dan tidak jauh dari tempat pernikahan itu… Akhirnya… para Akatsuki melihat bingkai jendela yang berwarna kuning itu.

====FIN====

P.S : this fanfiction is not mine!!
It's belong to an author but I didn't know his/her pen name :(
I'm sorry for uploaded this fic without ur permission T^T

1 komentar: