Jumat, 25 Mei 2012

Love You In Silence chapter 3


Akhirnya bisa update lagi...^^ Maaf yaa telat...
Yosh! Happy reading...

:: Disclaimer ::
Naruto milik Masashi Kishimoto
Love You in Silence milik Naru 'Aii' Uchiha
Pairing :: NaruSaku
Genre :: Romance and Hurt/comfort (maybe...)
Rated :: T
Warning : sangat OOC, AU, TYPO, bahasa sedikit berantakan...
DON'T LIKE? DONT READ and DONT BLAME !
Love You In Silence
Chapter 3 : Love is Blind

Sakura masih membereskan pom-pom yang digunakan untuk latihan tadi ketika Naruto dan Hinata muncul di gymnasium.

“Kenapa kalian lama sekali?” tanya Sakura begitu Naruto dan Hinata mendekat.
“Tadi kami membahas persiapan pertandingan antar sekolah dengan Asuma sensei, makanya lama.” jawab Hinata.

“Yaah persiapannya memang lumayan rumit. Ku kira kita bakal tua disana, Hinata. Hehehe…” Naruto menimpali sambil nyengir.

“Haha… Untung kalian tidak sampai ubanan disana.” Sakura tertawa menanggapi.

Sakura senang karena Naruto akhirnya mau bicara ‘normal’ lagi dengannya. “By the way, kalian lihat 
Sasuke tidak?” tanya Sakura sambil memasukkan seragam cheersnya kedalam tas. Sakura sama sekali tidak menyadari raut wajah Naruto yang berubah kaku saat ia menyebut nama Sasuke.

Hinata juga tidak langsung menjawab. Ia berpaling untuk menatap Naruto yang juga sedang mengemasi seragam basketnya. Hinata khawatir emosi Naruto akan meledak lagi begitu mendengar nama Sasuke disebut.

“Lho, kenapa kalian diam? Kalian lihat Sasuke tidak?” Sakura mengulang pertanyaannya dan menatap heran pada Naruto dan Hinata. Sakura heran melihat kedua sahabatnya itu yang kompak diam. Karena Naruto tampaknya tidak akan menjawab, maka Hinata akhirnya buka suara.

“Aku lihat Uchiha-san. Dia ada di perpustakan bersama…”Hinata tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia melirik Naruto.

“Sasuke bersama siapa?” tanya Sakura penasaran. Hinata lagi-lagi melirik Naruto, seolah ingin minta pendapat apakah ia harus jujur atau tidak. Tapi Naruto tetap diam saja.

“Hina-chan? Kau kenapa sih? Dari tadi lirik-lirik Naruto terus, memangnya Sasuke di perpustakaan sama siapa?”  Sakura makin penasaran dan menatap Hinata gemas.

“Sebaiknya mulai sekarang kau selidiki lagi, siapa pacarmu sebenarnya. Supaya nantinya kau tidak menyesal Sakura-chan.” ujar Naruto dingin.

“Maksudmu apa, Naruto?’ Sakura yang sejak tadi duduk, berdiri dan menatap Naruto serius.

“Maksudku, pacarmu itu brengsek, Sakura-chan. Dia tidak sebaik yang kau kira.”

“Atas dasar apa kau bicara seperti itu? Kau bahkan tidak mengenal Sasu-kun dengan baik.” ujar Sakura mulai marah.

“Aku punya alasan bicara seperti ini. Dan aku memberitahumu, supaya kau tidak menyesal.” nada suara Naruto semakin meninggi. Ia jelas tidak suka Sakura terus-terusan membela Sasuke.

“Cukup! Aku tidak mau dengar kau bicara apa pun tentang Sasu-kun.”

“Sakura. Naruto. Sudah cukup. Kalian bisa bicara baik-baik, kan?” Hinata yang sejak tadi diam ikut menengahi dan meraih bahu Sakura agar bisa menatapnya. “Sakura, kali ini kau harus mendengarkan Naruto. Uchiha-san itu bukan cowok baik-baik. ”

“Kenapa kau juga ikut-ikutan memojokkan Sasu-kun, Hinata?” Sakura mengibaskan tangan Hinata di bahunya dengan marah.

“Aku tidak memojokkan Uchiha-san, Sakura... Aku bicara sesuai fakta. Dan Uchiha-san itu  playboy.” Hinata memberi penekanan pada kata-kata yang tepat. “Kau kenal Karin, kan? Aku dan Naruto memergoki  Uchiha-san sedang berduaan dengan Karin di perpustakaan saat kami kembali dari ruangan Asuma sensei.” jelas Hinata lagi.

“Aku tidak percaya!” Sakura mengelengkan kepalanya kuat-kuat. “Sasu-kun bukan orang seperti itu. Dia tidak mungkin selingkuh. Kalian pasti bohong...”

“Kenapa kami harus berbohong padamu, Sakura... Tidak ada untungnya ’kan buat kami. Kami berdua hanya tidak ingin kau disakiti oleh Uchiha-san. ” Hinata masih mencoba meyakinkan Sakura.

“Pokoknya aku tidak percaya! Sasu-kun tidak mungkin melakukan hal seperti itu.”

“Tapi Sakura…”

“Sudahlah, Hinata. Percuma kita bicara dengan Sakura-chan. Dia tidak akan percaya sedikit pun dengan perkataanmu.” sela Naruto dingin.

“Aku memang tidak percaya!” ujar Sakura ngotot.

Naruto mendengus menatap Sakura dan tersenyum sinis. “Ternyata cinta memang benar-benar buta ya. Sampai-sampai kau lebih percaya pada orang yang baru kau kenal beberapa bulan, di banding percaya pada Hinata atau aku sebagai sahabatmu.” Naruto langsung beranjak dari tempatnya dan meninggalkan gymnasium sebelum Sakura sempat membalas ucapannya.

Setelah agak jauh dari gymnasium, Naruto memperlambat langkahnya dan berjalan mendekati salah satu pilar di luar sekolah. Naruto duduk dan bersandar pada pilar dibelakangnya.

Yaa… Cinta memang buta Sakura-chan.
Cinta yang kau jalani sekarang, sama butanya dengan cinta yang kurasakan padamu.
Meski kau berkali-kali menyakiti perasaanku,
Aku tetap tidak bisa berhenti menyayangimu… mencintaimu...
Aku tidak akan pernah bisa berhenti…

o.0.o.0.o

Sakura membanting pintu kamarnya dengan keras dan melemparkan tasnya ke karpet begitu ia tiba dirumah. Ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dan menatap langit-langit kamar dengan perasaan jengkel. Sakura masih marah dengan perkataan Naruto di gymnasium tadi. Sakura misuh-misuh dalam hati.

‘Cinta buta?
Apa sih maksudnya si baka Naruto itu?
Aku bukannya terjebak cinta buta,
Aku cuma yakin kalau Sasu-ku tidak seperti anggapan mereka…
Mungkin Hinata dan Naruto saja yang salah lihat…’

Sakura lalu bangkit dan mondar-mandir dalam kamar, sesekali mengacak-acak rambut pink­ sebahunya. Tapi jengkelnya belum juga surut. Sakura juga sudah capek mengomel sendiri dalam hati. Ia butuh pelampiasan.

Akhirnya, di raihnya frame cokelat dari atas meja belajar. Dalam frame itu ada foto dirinya dan Naruto saat berlibur ke Disneyland. Di foto itu, mereka bergaya bersama maskot Mickey dan Minnie Mouse. Sakura dan Naruto tampak ceria sekali. Sakura yang semula berniat mengeluarkan foto itu dan mencoret-coret wajah Naruto, mengurungkan niatnya. Terlalu banyak kenangan dalam foto itu. Apalagi mereka hanya punya dua lembar foto. Satu ada pada Sakura, dan satunya lagi ada pada Naruto.

Sakura kembali merebahkan diri di atas tempat tidur. Sakura menghela napas panjang dan menatap foto itu dalam-dalam. Pikirannya seakan terbang ke masa lalu, saat ia pertama kali bertemu Naruto.

Saat itu Sakura masih kelas 3 SD. Ia bersekolah di SD Konoha yang letaknya hanya tiga blok dari rumahnya. Karena jidatnya yang lebar dan rambut merah mudanya yang mencolok, Sakura sering di ejek dan di ganggu oleh teman-teman sekelasnya.

Suatu hari, karena Tsunade tidak bisa menjemput Sakura di sekolah, Sakura terpaksa pulang sendiri. Di tengah jalan, ia di ganggu oleh Hidan dan Kakuzu, teman sekelasnya yang bertubuh besar. Sakura di dorong sampai jatuh tersungkur di tanah dan lututnya berdarah. Saat itulah muncul seorang anak laki-laki berambut pirang dengan tiga garis halus di pipinya yang menolongnya. Anak laki-laki itu mengusir Hidan dan Kakuzu dengan mengacungkan sebilah balok pada kedua anak nakal itu. Setelah dua pengganggu itu pergi Sang Penolong itu mendekati Sakura dan bertanya ….

“Apa kau baik-baik saja?”

Sakura mengangguk.

 “Ah, lututmu berdarah.”

Anak laki-laki itu langsung berjongkok dihadapan Sakura dan melilitkan sapu tangannya  ke lutut Sakura yang berdarah. Setelah selesai, anak itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Sakura yang masih bengong menatapnya. Selama ini belum pernah ada anak laki-laki yang mau berteman dengannya, apalagi menolongnya seperti tadi.

Saat anak itu membantunya berdiri, tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri mereka.

“Sakura, kau sedang apa disini?” tanya wanita itu, yang ternyata tetangga Sakura yang baru pindah beberapa bulan lalu.

“Bibi Kushina, tadi aku jatuh dan ditolong oleh anak ini.” jawab Sakura sambil menunjuk anak laki-laki di sampingnya. Kushina melirik anak yang ditunjuk Sakura dan berjalan ke arahnya.

“Oh, ini anak Bibi, Sakura. Dia baru datang bersama Ayahnya dari Shizuoka. Namanya Naruto.” jelas Kushina lembut. Beliau menepuk-nepuk pundak anaknya dengan penuh kasih sayang.

“Naruto?” ulang Sakura. Sakura berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Nama yang bagus…”

Anak itu, Naruto, juga ikut tersenyum padanya.

Begitulah. Sejak saat itu mereka akrab. Naruto disekolahkan di tempat yang sama dengan Sakura. Selalu bermain bersama. Dan kemana-mana juga selalu bersama. Sampai sekarang pun Sakura dan Naruto tidak terpisahkan, meski Hinata juga ikut bergabung dengan mereka dan Sakura berpacaran dengan Sasuke.
Tapi tadi sore, untuk pertama kalinya Naruto membentak Sakura dan pergi begitu saja sebelum Sakura selesai bicara.

Naruto benar-benar aneh sekarang. Baru kali ini dia membentakku tanpa sebab di depan Hinata… batin Sakura sedih.

Sakura perlahan menutup kelopak matanya dan bertanya pada dirinya sendiri, apa yang salah pada Naruto 
belakangan ini.

o.0.o.0.o

Sabtu. Pukul 12.35 p.m di kantin.

Sudah lima hari sejak terjadi pertengkaran di gymnasium, Naruto dan Sakura tidak saling bicara. Hanya Hinata yang bersikap netral diantara mereka. Selama ini, Hinata selalu mencari cara untuk mendamaikan mereka berdua, tapi usahanya tidak ada yang berhasil.

“Sakura, kau masih tidak saling bicara dengan Naruto?” tanya Hinata saat mereka berdua sedang menyantap bento di kantin. Sakura tidak menjawab. Ia hanya menghela napas panjang dan larut dengan pikirannya sendiri.

Sakura sebenarnya ingin bicara pada Naruto. Ia ingin membicarakan masalah ini baik-baik agar masalahnya bisa selesai. Tapi Naruto selalu menghindar, baik di rumah maupun di sekolah. Sakura tidak pernah dapat kesempatan untuk bicara dengannya. Sasuke juga sama, ia sulit ditemui dimana pun.

“Sakura?”

“...”

“Sakura?!” suara Hinata mengejutkan Sakura yang tengah sibuk memikirkan masalahnya dengan Naruto. 

“Kenapa malah melamun?” tanya Hinata sedikit kesal.

Gomen, Hina-chan. Aku hanya sedang berpikir.”

“Jadi bagaimana keputusanmu?” Hinata kembali bertanya.

“Aku mau-mau saja bicara dengan Naruto, kalau Naruto juga mau menarik kata-katanya tempo hari tentang Sasuke.” ujar Sakura datar.

“Kalau kau menungguku melakukan itu, kau akan kecewa. Karena aku sama sekali tidak berniat buat menarik kata-kataku.” sela Naruto yang ternyata sudah ada di belakang Sakura dan Hinata entah sejak kapan. Sakura langsung berdiri dan menatap Naruto.

Sakura baru saja akan menjawab kata-kata Naruto, tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengalah. “Terserah kalau begitu.” ujar Sakura sebelum pergi meninggalkan kantin.

Sakura lelah berdebat dengan Naruto. Itu sebabnya ia lebih memilih untuk mengalah. Sakura masih belum percaya dengan alasan Naruto yang bicara kasar tentang Sasuke saat mereka bertengkar. Sakura tidak ingin memikirkannya dulu. Sekarang pikirannya benar-benar kalut.

Sakura tiba-tiba merasa sangat gerah dan ingin membasuh wajahnya di toilet. Kebetulan Sakura berdiri tepat di depan perpustakaan sehingga ia memutuskan untuk memakai toilet berwastafel yang ada di dalam perpustakaan.

Sakura baru saja akan masuk ke perpustakaan ketika ……

—JGEERR—

Serasa di sambar petir, Sakura tidak percaya dengan apa yang sedang di lihatnya.

Uchiha Sasuke.

Laki-laki yang selama ini ia banggakan karena sudah jadi pacarnya yang super sempurna, sedang memeluk gadis lain di dalam perpustakaan. Sesekali tangan Sasuke mengusap kepala gadis itu. Sakura sampai harus berpegangan pada pintu agar ia tidak terjatuh. Sakura shock.

“S.. Sasu-kun…” gumamnya lirih. Mendengar namanya disebut, Sasuke berbalik dan wajahnya langsung pias. Sakura masih berdiri di ambang pintu dan menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan tidak percaya.

“Sakura… Aku bisa jelaskan…” Sasuke melangkah kaku mendekati Sakura. Kedua tangannya terangkat kedepan, seolah ingin menahan Sakura agar tetap berdiri ditempatnya.

“Menjelaskan apa, Sasu-kun? Aku rasa semuanya sudah sangat jelas sekarang…” Sakura melangkah mundur. Suaranya tercekat dan matanya berkaca-kaca.

“Sakura, ini tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Tidak seperti yang ku pikirkan? Kau kira aku buta? Hah?! Aku membencimu, Sasuke. Aku sangat membencimu!! ” Sakura mulai terisak, tapi ia berusaha keras menahan airmatanya. Sakura tidak ingin menangis di depan Tristan.

“Mulai detik ini… kita putus.” ucap Sakura. Tanpa menunggu jawaban Sasuke, Sakura berlari meninggalkan perpustakaan.

Sasuke hanya mampu melihatnya dari jauh. Ia tidak bisa mengejarnya karena Naruto, yang juga melihat kejadian itu, tengah memandanginya dengan tatapan dingin dari ujung koridor.

TBC
Akhirnya chapter tiga kelar juga... Maaf ya update lama *bungkuk-bungkuk minta maaf*
Menurut reader gimana dengan chapter ini? Terlalu pendek ya??
Silahkan tinggalkan komentar... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar