Selasa, 15 Mei 2012

Love You In Silence chap. 1


 

Haiii .... Aii-chan kembali dengan fic baru... yahh biarpun fic pertama juga belum kelar sih -_-“ hehehe ....
Tapi tenang aja,, fic ini bakal cepat update kok... soalnya fic yang ini memang udah kelar alias tamat 
Sebenarnya cerita ini pernah Aii kumpulin untuk tugas bahasa Indonesia di sekolah. Waktu itu Aii dan temen2 disuruh bikin cerpen,, tapi Aii malah bikinnya kepanjangan -_- sampe 24 halaman lho *temen2 Aii cuma ngeledekin,, katanya saia terlalu semangat -_-“*

Trus karena ceritanya lumayan bagus,, jadilah saya memodifikasi tokoh yang ada dalam cerita dan menggantinya dengan pair NaruSaku  hohohoh *smirk smile* Ok,, kalo gitu langsung aja...
Happy reading ^_^

::  Disclaimer  ::
Naruto milik Masashi Kishimoto
Love You in Silence milik Naru ‘Aii’ Uchiha ^_^v
Pairing :: NaruSaku
Genre :: Romance and Hurt/comfort (maybe...)
Rated :: T
Warning : sangat OOC, AU, TYPO, bahasa sedikit berantakan...
DON'T LIKE? DONT READ and DONT BLAME !
o.0.o.0.o
Love You In Silence
chapter 1: Dinner
...
Sabtu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 18.40. Tak terasa sudah hampir satu jam Sakura Haruno, gadis cantik berusia 18 tahun, mematut dirinya di depan cermin untuk memastikan gaun yang ia pakai benar-benar sempurna. Padahal biasanya ia tak pernah menghabiskan waktu selama ini untuk bercermin. Tetapi hari ini semua berubah, karena  Sakura akan merayakan hari jadiannya dengan pacarnya, Uchiha Sasuke yang sudah genap dua bulan. Itulah sebabnya mengapa ia ingin terlihat cantik. Merupakan sesuatu yang membanggakan bagi seorang perempuan apabila ia menerima pujian dari sang kekasih.

Sakura berputar di depan cermin sekali lagi agar dapat melihat gaunnya dari berbagai sisi, dan memastikan gaun pink selutut dan syal tipis yang dililitkan di lehernya terlihat sempurna. Rambutnya yang sewarna permen kapas dihiasi sepasang jepitan putih bercorak merah.
 Sekarang ia mulai memakai make up. Menaburkan bedak bubuk ke wajahnya, memakai mascara dan sedikit eyeliner, juga memoleskan lipgloss pink ke bibir peachnya. Sambil berdandan, inner Sakura mulai beraksi. 

‘Hmmm,  anniversary kali ini kayak apa ya…..
Apa aku sama Sasuke bakal dinner dipinggir pantai lagi?
Sumpah, aku seneeeeng banget ngerayain dua bulan jadian ini ^^ ...
Mungkin gak sih kalo aku sama Uchiha Sasuke itu soulmate?
Saling cinta sehidup semati sampe kakek nenek?
Huhahahaha……’

 Sakura tersenyum memikirkan khayalannya. Ia lalu mengenakan high heels 5 centi-nya yang sengaja ia beli untuk perayaan ini. Dengan sedikit ragu, Sakura berusaha menyeimbangkan diri dan berjalan ke tempat tidur untuk mengambil handphone dan tas tangan yang tergeletak disitu. Sakura kemudian menatap cermin untuk terakhir kali, memastikan semua tetap  sempurna lalu melangkah keluar. Tepat ketika pintu kamar menutup dibelakangnya, terdengar suara Tsunade, ibunya memanggil dari arah bawah.

“Sakura…. Sasuke udah datang tuh……”

“Iya, bu. Tunggu sebentaaar.” Sakura berjalan cepat-cepat menuruni tangga dan berusaha untuk tetap seimbang di atas sepatunya.

“Aduuuh… putriku cantik sekali malam ini. Pasti mau jalan ke tempat spesial, ya?” tebak Tsunade begitu Sakura muncul diruang tamu.

“Iih, ibu tau aja kalo Sakura mau ke tempat spesial.” Sakura menjawab sekenanya dengan mimik tersipu. 

”Sakura berangkat ya, bu..” Sakura akhirnya berpamitan pada ibunya.

“Hati-hati ya, Sayang. Jangan sampai kemaleman lho.” pesan Tsunade dengan tatapan memperingatkan.

“Oke deh… aku pasti udah ada dirumah sebelum jam 10.” janji Sakura.

Sasuke menunggu di teras, dan begitu Sakura keluar bersama ibunya, ia langsung berdiri dan membungkuk sopan.

Konbanwa, Bibi.” sapa Sasuke.

Konbanwa, Sasuke. Kamu pasti sudah lama menunggu, ya?” tanya Tsunade basa basi.

“Mm.. tidak kok, Bibi.” Sasuke menjawab sopan.

 “Kamu harus maklum. Memang kalo anak perempuan pasti dandannya lama. Apalagi Sakura, dandannya bisa sampe dua jam,” canda Tsunade.

Sakura cemberut sedikit mendengar gurauan ibunya. Tapi karena melihat Sasuke hanya  tersenyum menanggapi, ia kembali bersikap ceria dan mengajak Sasuke untuk segera berangkat. Mereka lalu berpamitan pada Tsunade dan pergi naik mobil Sasuke yang terparkir di depan rumah.

Happy Anniversary ya, Sakura.” ucap Sasuke begitu mobilnya keluar dari komplek rumah Sakura. Sakura hanya tersenyum.

“Nih, aku bawakan kamu bunga. Bunga yang cantik untuk orang secantik kamu.” Sasuke tersenyum saat mengangsurkan sebuket mawar ke tangan Sakura.

“Aduuuh… bunganya bagus banget. Wangi lagi.” Sakura menghirup aroma wangi yang menguar dari buket mawar ditangannya. “Arigatou, Sasu-kun.”

Dou itashimashite.” jawab Sasuke pendek. Setelah itu, mereka tidak banyak mengobrol karena Sasuke berkonsentrasi penuh pada jalanan di depannya. Arus lalu lintas Tokyo malam ini memang terbilang cukup padat menjelang week end.

Begitu tiba di Violin café, Sasuke melajukan mobilnya ke arah lobby dan membiarkan seorang petugas valet parking mengambil alih mobilnya. Mereka lalu berjalan bergandengan tangan menuju lantai dua, tempat dimana Sasuke sudah memesan meja lengkap dengan sofa besar yang kelihatan nyaman dan elegan. Sasuke dan Sakura duduk berhadapan. Tak lama kemudian, seorang waitress datang dan menanyakan pesanan mereka.

“Dua mushroom ravioli, satu salad dan satu cheese cake.” Sasuke menyebutkan pesanannya lalu kembali menatap Sakura setelah waitress tadi pergi.
Sasuke memulai.

“Sakura, aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu. Dan sekarang, hubungan kita sudah genap dua bulan. Aku tidak tahu bagaimana dengan kamu,” Sasuke mengangkat bahunya. ”tapi buatku, bisa menjadi pacar kamu adalah anugerah yang paling terindah.”

Sakura tersenyum. “Aku juga merasa sama seprti Sasu-kun. Aku merasa kalo ini adalah moment-moment yang paling bahagia dalam hidupku. Yaaah… kecuali kalo Sasu-kun punya pacar lain selain aku. Hehehe…” canda Sakura.

Sekarang giliran Sasuke yang tertawa pelan.

“Itu tidak mungkin, Sakura.” Sasuke terdengar meyakinkan.”Kamu satu-satunya pacar aku. Tidak ada yang lain.” Sasuke menambahkan dan tersenyum manis pada Sakura.

Melihat kekasihnya tersenyum seperti itu, Sakura jadi memperhatikan Sasuke dalam-dalam.

‘Duuh, tampan sekali sih pacarku ini…
Bisa-bisanya bikin aku  melting cuma dengan melihat senyumnya.
Sasu-kun memang cowok yang perfect banget.
Tampan, baik, jenius, jago olahraga dan selalu bisa mengerti aku...’

“Sakura? Kamu kok bengong?” suara Sasuke membuyarkan lamunan Sakura.

“Eh. Ng... tidak kok. Aku cuma memikirkan kata-kata kamu barusan.” Sakura memberi alasan.

 “Kamu tidak perlu memikirkan hal lain yang tidak penting. Karena bagi ku, kamu adalah pacar yang paling sempurna. Kamu baik, cantik, pintar, pengertian, perhatian, dan selalu ada buat aku.”

‘Oh, please… Aku emang gitu kok. Hahaha…’ Sakura tertawa dalam hati.

Sasuke meraih tangan Sakura dan menggenggamnya. “Aku serius bicara ini ke kamu. Aku sayang sama kamu. Dan tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi kamu dihati aku.”

 Saat mengatakan itu, Sasuke menatap mata Sakura dalam-dalam, sehingga setiap ucapan yang keluar dari bibirnya terdengar begitu meyakinkan. Menjanjikan. Dan Sakura percaya pada Sasuke.

Sakura hanya bisa tersenyum dan mengangguk menerima pernyataan Sasuke. Ia tidak tahu harus berkata apa untuk merespon ucapan laki-laki di  hadapannya. Sakura hanya berharap Sasuke dapat memahami bahwa perasaannya juga sama meski ia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Tak lama kemudian waitress tadi kembali dan menyajikan pesanan mereka. Sasuke dan Sakura segera menyantap hidangan tersebut sambil mengobrol dan tertawa-tawa. Jika sebulan lalu mereka dinner dipinggir pantai ditemani semilir angin dan deburan ombak, kali ini mereka dinner dengan iringan music Jazz yang dimainkan langsung oleh pemain music di café itu.

Suasana dalam café tampak sama indahnya dengan cahaya bulan purnama dan kerlipan bintang-bintang yangmenghiasi langit malam kota Tokyo.
o.0.o.0.o
Senin. Pukul 06.30 pagi.

Kriiiiiiiinnnggg…….

Jam beker di kamar Sakura berbunyi nyaring. Sakura menggapai-gapai meja disamping tempat tidur untuk melihat sudah pukul berapa sekarang. Dengan memicingkan mata, ia berusaha melihat angka yang ditunjukkan jarum jam. Begitu sadar sepenuhnya, ia terperanjat kaget dan buru-buru bangkit dari tempat tidur.

‘Wuaa... Aku kesiangan…
Mana hari ini upacara benderanya dilapangan lagi….
Pasti aku bakal kena hukum Kakashi sensei kalo aku sampai terlambat.
Aaarggghhh….!  Menyebalkan!!’

Sakura misuh-misuh dalam hati. Semalam ia menyetel alarm-nya pukul 06.00 pagi. Tapi tidurnya terlalu nyenyak sampai-sampai ia tidak mendengar jam bekernya koar-koar selama setengah jam. Jam bekernya memang cukup unik. Jam itu akan berbunyi tiap lima menit sekali jika belum dimatikan diwaktu penyetelan.
Sakura bergegas merapikan tempat tidur, lalu mandi dan berpakaian. Begitu turun ke ruang makan, ibunya sudah menyiapkan nasi goreng kesukaannya. Disana juga sudah duduk Naruto, laki-laki berambut pirang dan bermata sewarna saphire, yang menjadi sahabatnya sejak kecil sekaligus teman sekelasnya di sekolah.

“Telat bangun lagi, Miss Sakura?”tanya Naruto dengan cengirannya yang terkesan mengejek begitu Sakura mendekati meja makan.

“Tidak kok. Aku cuma terlalu lama mandi.” elak Sakura.

“Oh, ya? Terus kenapa jam bekermu tidak dimatikan? Sudah setengah jam, bunyinya bikin sakit telinga.”

“Ih, sok tau. Memangnya kamu disini dari jam 6 pagi?” tanya Sakura sewot. Ia duduk dan mulai makan.

“Tidak. Aku disini sejak sepuluh menit yang lalu. Bibi yang memberitahuku, kalo jam bekermu sudah berisik 
dari jam 6 tadi.”

“Kenapa kamu kesini cepat sekali?” tanya Sakura heran.

“Kamu lupa, ya? Kamu kan yang menyuruhku datang cepat-cepat untuk menjemputmu karena Paman sedang keluar kota.” Naruto mengingatkan.

“Uhuk uhuk.” Sakura tersedak. Naruto segera menuangkan air dan menyodorkannya pada Sakura.

Arigatou.” Sakura meneguk airnya. “Gomen, Naru-kun.  Aku lupa kalau hari ini kita berangkat bersama.” Sakura tersenyum minta maaf.

Naruto menatapnya sejenak, lalu ikut tersenyum. “Sudahlah. Tidak apa-apa. Lagi pula kejadian seperti ini sudah sering terjadi, kan?” Naruto terkekeh dan menatap Sakura yang tiba-tiba cemberut.

“Naru-kun  jahat. Aku tidak sering bangun telat kok.” Wajah Sakura sedikit memerah karena menahan malu di depan sahabat pirangnya itu

“Itu kan menurutmu, Sakura.” timpal Tsunade yang keluar dari dapur dengan sepiring roti bakar dengan dua gelas susu.”Lihat saja ini, Naruto jadi tidak sempat sarapan gara-gara menjemputmu kepagian. Makanya, sekarang ibu buatkan roti bakar spesial buat Naruto.” tambah Tsunade seraya meletakkan nampannya diatas meja.

Arigatou, Bibi.” ujar Naruto sambil tersenyum. Naruto mencomot satu roti bakar yang masih panas dari piring dan mulai makan.

“Sama-sama, Naru. Oh, iya… kapan ayahmu pulang ke Tokyo?”

“Mungkin lusa, bi.” jawab Naruto pendek. Ia masih sibuk melahap roti bakarnya.

“Kasihan juga ayahmu kalau harus bolak-balik Tokyo-Shizuoka seperti itu. Bibi turut prihatin dengan keadaan Nenekmu.” ucap Tsunade tulus.

“Kondisi Nenek sudah agak baikan. Beliau hanya menjalani perawatan intensif untuk proses pemulihan.” jelas Naruto. Tsunade mengangguk dan menepuk bahu Naruto untuk menyemangatinya, lalu kembali ke dapur.

Sakura yang tadinya ingin ngambek, tidak jadi melanjutkan aksinya dan menatap Naruto iba.

‘Kasihan Naruto….
Pasti dia mengkhawatirkan keadaan Nenek Chiyo…
Andai saja Nenek Chiyo ada di Tokyo,
pasti lebih mudah bagi Naruto untuk tahu kondisi neneknya...’ 

“Hei, kau masih mau melamun? Kita sudah hampir telat lho.” ujar Naruto seraya bangkit dari kursi.
Sakura terkesiap. Ia cepat-cepat meneguk susunya, lalu berlari ke dapur untuk berpamitan pada ibunya.

 “Ittekimasu.” ucap Sakura seraya mengecup pipi ibunya.

Itterasshai.” balas ibunya.

Begitu Sakura keluar, Naruto sudah duduk di atas motornya dan menyodorkan helm pada Sakura. Sakura segera naik dan memegang pinggang Naruto begitu Naruto melajukan motornya menuju sekolah. Naruto dengan gesit meliuk-liukkan motor Kawasaki 1400 GTR-nya diantara mobil-mobil yang berseliweran.

“Naruto! Kira-kira kita bakal terlambat tidak?” tanya Sakura setengah berteriak.

“Tidak, kalau kamu membiarkanku mengemudi lebih cepat.” jawab Naruto.

“Huuft, baiklah. Tapi hati-hati ya.”

Naruto tidak menjawab. Ia hanya menaikkan kecepatan motornya dan melesat dengan cepat dijalan raya. Sakura memeluk pinggang Naruto lebih erat. Sakura tidak tahu kalau Naruto tersenyum senang dibalik helm-nya.

TBC
Hmm,, bagaimana menurut reader?
Cukup baguskah??
Maaf kalo ficnya kurang memuaskan, soalnya Aii masih baru di dunia FFn dan ini baru fic Aii yang kedua... ^_^
Oke,, buat reader yang suka sama fic Aii,,  jangan lupa review ya... hehehe
Aii butuh kritikan dan saran supaya chapter berikutnya lebih baik lagi .... ^_^
Arigatou .... ^_~v

2 komentar: