Jumat, 04 Mei 2012

AKU TELAH MEMBUNUHNYA !!


Aku telah membunuhnya!

Bagaimana ini! Aku telah membunuhnya! Aku telah membunuhnya!

Dengan amat menyesal kupandangi mayatnya. Aduh… mengapa aku bisa sampai membunuhnya! Padahal rasanya selama ini dia selalu ada di dekatku, dan… tidak terlalu menggangguku. Namun ketika dia muncul di hadapanku barusan, aku jadi merasa gemas sekali dan membunuhnya!

Aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu. Sebelumnya aku tak pernah membunuh. Nyamuk atau semut pun tidak. Tapi… kali ini… apa yang merasukiku!

Ini pembunuhanku yang pertama. Dia, dia yang kubunuh itu… kini tergeletak kaku di depanku. Aku bergidik. Kulihat kuku dan jari tanganku yang tertera darahnya di sana, tanda bahwa aku membunuhnya. Aku membunuhnya!

Sungguh, dia tak pernah menggangguku. Bahkan seperti yang sudah kubilang, dia selalu ada di dekatku, walaupun aku tidak tahu sejak kapan dia bersamaku seperti itu. Tapi… kalau kubilang tidak mengganggu… mungkin tidak seratus persen benar. Kadang-kadang dia mengganggu meski aku tidak menyadari keberadaannya.

Aku telah membunuhnya! Bagaimana ini!

Di rumahku memang sedang sepi sekarang. Tapi aku yakin, Tuhan melihatku. Aku takut… apakah tindakanku ini dibenarkan? Habis, dia muncul begitu mendadak dan membuatku kesal, jadi tanpa sadar… aku langsung membunuhnya.

Aku harus mengurus mayatnya, pikirku. Aku mencari kain putih untuk membungkus mayat itu. Aku terlalu takut untuk memandikannya. Jadi kupikir, hanya bungkus, angkat dan kubur.

Kubungkus dia yang berkulit hitam itu dengan selembar kain putih. Kemudian aku mencari alat untuk menggali tanah di halaman belakang rumahku yang luas. Setelah aku menemukannya, aku menaruhnya di teras belakang, dan masuk kembali untuk mengangkat mayatnya. Mayat itu akan kuletakkan dulu di teras sebelum aku menggali tanah dan menguburnya. Syukurlah, dia jauh lebih ringan daripada aku.

"Kamu sedang apa?"

Aku nyaris terlonjak saking kagetnya. Itu suara kakakku! Ya ampun… kenapa Aniki harus pulang sekarang, sih!

Aniki berjalan mendekatiku, dan kini dia melihat dari balik punggungku. Ya ampun… rahasiaku bisa ketahuan!

"Kamu sedang apa sih? Kok di ruang tamu ada sisir? Kamu taruh sembarangan lagi, ya?"

Aku tak mampu menjawab. Aniki… masalahnya bukan itu…

"Apa itu, kamu bawa putih-putih?"

Aniki merebut mayat terbungkus kain itu dari tanganku, dan membukanya. Ekspresi wajahnya tertegun. Lalu…

"Hahahahaha…!" Aniki tertawa terbahak-bahak. Wajahku memerah.

"Ya ampun… kamu ini benar-benar kurang kerjaan!"

"Aniki, aku telah membunuhnya!"

"Kamu membunuh ini!" Aniki terpingkal makin kencang. "Adikku yang baik, mentang-mentang kamu anak yang sangat-sangat-sangat baik dan tidak pernah membunuh nyamuk atau semut…"

"Sudahlah Aniki!" selaku. "Aku mau menguburnya!"

Aniki tertawa makin keras, bahkan kini sampai keluar air mata.

"Dasar ngaco! Mana ada orang yang mengubur kutu dibungkus tissue! Makanya… rajin keramas dong! Biar kamu tidak 'membunuh' lagi seperti ini… hahaha!"

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar