Jumat, 25 Mei 2012

Love You In Silence chapter 2


Wuihh,, senengnya bisa update lagi...
Semoga chapter kali ini lebih baik di banding chapter yang lalu.... Oia,, sebelumnya Aii mau ngucapin Spesial Thanks buat reader yang udah ngebaca+ngasih review...

Yosh!Happy reading...


::  Disclaimer  ::
Naruto milik Masashi Kishimoto
Love You in Silence milik Naru ‘Aii’ Uchiha
Pairing :: NaruSaku
Genre :: Romance and Hurt/comfort (maybe...)
Rated :: T
Warning : sangat OOC, AU, TYPO(s), bahasa sedikit berantakan...
DON'T LIKE? DONT READ and DONT BLAME !

o.0.o.0.o

Love You In Silence
chapter 2: Letters and Betrayal

Upacara bendera baru saja selesai ketika Naruto dan Sakura diberi ‘wejangan’ di depan gerbang oleh Kakashi sensei, guru Bimbingan Konseling yang galaknya minta ampun. Upacara memang sudah selesai, tapi pelajaran baru akan dimulai 30 menit kemudian.

“Kalian ini seharusnya memberikan contoh yang baik pada adik kelas kalian dengan  datang lebih awal dari mereka. Ini kalian yang malah datang terlambat. Kalian sudah kelas 3. Sudah seharusnya menjadi lebih disiplin dan meninggalkan kesan yang baik untuk sekolah ini. Dan bla bla bla………..”

Naruto mendengarkan dengan serius setiap ucapan yang dilontarkan Kakashi sensei, sementara Sakura sibuk mengomel dalam hati.

Sudah bangun kesiangan, ngebut di jalan seperti orang tidak tahu aturan
Sekarang malah dapat wejangan yang panjaaaaaang banget dari Kakashi sensei.
Aduuuuhh… ­Kami-sama...
Itu mulut gak capek ngomong apa?

“Oke, sekarang kalian boleh masuk kelas.” Kakashi sensei mengakhiri ceramahnya. Naruto dan Sakura memandang sensei mereka dengan mimik heran.

“Serius, sensei?” tanya Naruto tidak percaya.

“Tidak dihukum dulu, seperti biasanya?” Sakura juga ikut bertanya.

“Tidak. Kalian selamat hari ini karena saya dapat panggilan dari Kepala Sekolah untuk menghadap.” jawab Kakashi. “atau kalian mau dihukum? Kalo iya, saya bisa panggil Anko sensei ke...”

“Tidak kok, sensei. Kami masuk kelas saja.” ucap Naruto buru-buru sebelum Kakashi berubah pikiran dan menarik tangan Sakura yang masih melongo saking tidak percayanya.

Mereka berlari ke kelas dan segera duduk di bangku masing-masing dengan nafas terengah-engah. Hinata Hyuuga, sahabat mereka langsung menyodorkan dua botol air mineral. Naruto mengambil botol minumannya dan segera meneguk isinya, sementara Sakura masih sibuk mengatur nafasnya yang memburu.

“Kenapa kalian telat? Bukannya hari ini kalian mau datang lebih awal karena ayah Sakura sedang keluar kota?” tanya Hinata sambil mengamati Naruto dan Sakura.

“Tanya saja tuh si Miss Lelet, dia bangunnya jam berapa pagi ini.” Naruto mengedikkan kepalanya ke arah Sakura.

“Iya iya, maaf…. Aku telat bangun tadi pagi, makanya Naruto juga jadi ikut-ikutan telat.” ujar Sakura. Ia menatap Hinata dan Naruto dengan tatapan minta maaf.

Naruto menghela napas. Bagaimana mungkin ia bisa marah jika ditatap seperti itu oleh Sakura.

“Sudahlah. Aku kan juga sudah bilang tidak apa-apa. Lagian seru juga kan, kebut-kebutan di jalan pagi-pagi.Hehehe...” cengir Naruto. Ingatannya serasa terbang mengingat kejadian tadi.

“Sakura-chan, kau lihat tidak bapak-bapak yang di mobil Limousine silver, sepertinya dia kaget sekali  melihat kita yang tiba-tiba menyalip mobilnya. Hahaha… matanya itu lho, seperti mau loncat dari rongganya. Hahaha…” Naruto kembali tertawa mengingat kejadian tadi. Sakura dan Hinata pun ikut tertawa.
Sakura baru saja akan berkomentar ketika perhatiannya teralih oleh surat beramplop pink di laci mejanya.

“Apa ini?” tanya Sakura entah pada siapa.

Naruto terdiam seketika. Hinata yang tadinya juga tertawa bersama Naruto ikut-ikutan diam begitu menyadari ada aura kelam menguar dari sosok Naruto.

Sakura mengambil amplop itu, membukanya lalu membacanya. Hinata yang duduk di samping Sakura mendekat dan ikut membaca isi kertas yang di pegang Sakura. Ternyata surat itu adalah puisi yang ditulis oleh Uchiha Sasuke.

Saat aku menatapmu….
Duniaku serasa berhenti berputar dalam sekejap
Dan berubah menjadi penjara yang menawanku dalam pesona senyummu…
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Aku tak bisa berhenti mengagumimu
Aku tak bisa berhenti mencintaimu….
Oleh karenanya…
Kumohon padamu untuk tetap disisiku…
Hanya kehilanganmu yang mampu membuatku begitu tak berdaya….
Aishiteru Sakura....
From: Uchiha Sasuke

Sakura tersenyum setelah membaca puisi itu. Sakura lalu melipatnya kembali, menyelipkannya diantara lembar kertas bukunya, lalu menoleh pada Hinata untuk minta pendapat. Mata emeraldnya berbinar-binar tidak sabar melihat Hinata yang tampak seperti berpikir.

“Puisinya bagus. Romantis.” komentar Hinata pendek setelah terdiam cukup lama.

“Kupikir juga begitu. Sasu-kun memang cowok paling romantis dan paling baik yang pernah aku kenal.” Sakura tersenyum bangga.

Sakura berbalik pada Naruto yang duduk di belakangnya,juga untuk meminta pendapat. Tetapi Sakura mendapati iris saphire sahabatnya itu tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di mengerti.

Sakura baru mau bertanya kenapa Naruto menatapnya seperti itu ketika Naruto tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Naruto kenapa? Sikapnya aneh sekali.” tanya Sakura pada Hinata.

Hinata hanya mengangkat bahu dan memandang pintu kelas tempat Naruto menghilang tadi. Hinata sebenarnya tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sudah berjanji pada Naruto untuk tidak memberitahu apapun pada Sakura.

o.0.o.0.o

Di tempat yang berbeda.

Naruto tengah duduk di bangku taman dan menatap semak-semak mawar di depannya dengan tatapan kosong. Tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Ia berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terengah-engah.

Naruto merasa sangat marah saat melihat amplop pink itu. Marah melihat Sakura tersenyum saat memuji-muji Sasuke. Dan marah pada dirinya sendiri karena sudah memperlakukan Sakura seperti tadi, pergi tanpa mengatakan apa-apa saat gadis itu ingin menanyakan sesuatu padanya. Yah, meskipun mungkin yang akan ditanyakan Sakura adalah mengapa ia menatapnya seperti itu.

Sakura-chan maaf…
Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu padamu.
Tapi aku cemburu Sakura-chan…
Aku cemburu melihatmu memuji-muji si baka Sasuke itu dan bersikap seolah-olah dia memang laki-laki paling baik yang pantas mendapatkanmu…
Sakura-chan…
Kapan kau bisa menyadari perasaanku??

Naruto terus duduk diam tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya. Ia baru beranjak ketika bel -tanda pelajaran akan segera di mulai- berbunyi nyaring.

o.0.o.0.o

Kegiatan ekskul basket dan cheers baru saja selesai ketika speaker di gymnasium berbunyi.

Ternyata pengumuman dari ruang siaran yang memberitahukan bahwa Naruto dan Hinata di panggil oleh kepala sekolah. Maklum, Naruto adalah kapten tim basket SMU Konohagakuen sedangkan Hinata adalah ketua cheers. Mereka dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk membahas pertandingan persahabatan antar sekolah yang sebentar lagi akan diadakan.

“Aku kesana dulu ya, Sakura-chan... Jaa.” pamit Hinata. Sakura hanya mengangguk dan berjalan menuju toilet untuk mengganti seragam cheersnya.  

Naruto sudah keluar lebih dulu dari gymnasium tanpa mengatakan apa-apa, dan menunggu Hinata di depan ruangan kepala sekolah.

Saat kembali ke kelas tadi, Naruto juga tetap tidak mengatakan apa-apa pada Sakura. Naruto hanya menjawab jika Sakura bertanya mengenai pelajaran. Selebihnya, ia mendiamkan Sakura.

Sakura akhirnya menyerah untuk bertanya mengapa Naruto diam saja hari ini. Sakura hanya beropini dalam hati, kalau mungkin Naruto sedang sedih memikirkan kondisi neneknya.

Dua puluh menit kemudian Naruto dan Hinata keluar dari ruang kepala sekolah. Mereka di minta untuk memilih orang-orang terbaik untuk pertandingan nanti.

“Kalau aku sih sudah pasti akan memilih Kiba, Gaara, Shikamaru, Lee, dan Sai untuk jadi pemain.” ucap Naruto sambil nyengir.

Naruto dan Hinata saling bertukar pendapat sambil menyusuri koridor sekolah yang sekarang tampak senggang.

Sou ka? Kalau aku akan memilih Sakura, Ino, Tenten, Tayuya, dan Temari untuk tim cheers. Soalnya mereka lumayan jago koreografi. Apalagi Ino, dia paling jago bikin forma--”

“Ssssttt!” Naruto tiba-tiba berhenti di depan perpustakaan dan menyuruh Hinata untuk diam.

Hinata menurut meski sebenarnya ia tidak tahu ada apa. Naruto menarik tangan Hinata dan mengendap-endap mendekati pintu perpustakaan.

“Kau dengar sesuatu tidak?” tanya Naruto  pada Hinata. Hinata menggeleng pelan. Tapi ia ikut menempelkan telinganya ke daun pintu.

Sebenarnya Naruto sudah yakin kalo suara yang di dengarnya itu adalah suara Uchiha Sasuke, pacarnya Sakura. Tapi Naruto ingin memastikannya dulu bersama Hinata.

“Kamu tahu kan kalau aku sayang sama kamu. Hei…hei… Dengarkan aku dulu…” Terdengar suara dari dalam. Sepertinya suara tadi sedang berusaha meyakinkan seseorang.

“Itu kan suara Uchiha-san.” bisik Hinata kaget. Naruto mengangguk. Hinata ingin bertanya lagi, tapi Naruto menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya, memberi isyarat pada Hinata untuk diam.

“Tapi kamu milik Sakura.” Terdengar suara kedua. Suara perempuan.

“Karin, aku tidak serius pacaran dengan si pinky itu. Aku hanya ingin membuatmu cemburu, makanya aku pacaran dengannya. Aku melakukan semua itu supaya aku bisa menarik perhatian kamu.” ucap Sasuke.

“Jadi kau dan Sakura tidak serius?” gadis bernama Karin itu bertanya.

“Tentu saja tidak. Kenapa aku harus serius sama gadis manja dan childish seperti dia.” ucap Sasuke lagi.”Kau percaya padaku, kan? Aku hanya menyayangimu… Hanya kau seorang...” 

Sementara itu di luar perpustakaan, tangan Naruto terkepal begitu kuat hingga menampakkan buku-buku jarinya. Bibirnya terkatup rapat sementara iris saphirenya menyiratkan kemarahan. Bahkan tiga garis halus di kedua pipinya terlihat pekat.

Hinata kaget melihat ekspresi Naruto. Rasanya sejak Hinata bersahabat dengan Naruto, belum pernah ia melihat Naruto semarah ini. Naruto tidak tahan lagi. Ia beranjak dari tempatnya berdiri, dan…

BRAAKK!!!

Naruto menggebrak meja yang ada di dekat pintu. Sasuke dan gadis bernama Karin itu terlonjak kaget. Wajah Sasuke yang biasanya stoic, langsung berubah pucat melihat Naruto dan Hinata berdiri dihadapannya. Mata onyxnya terbelalak kaget, sedangkan Karin yang ketakutan, berlari keluar dan meninggalkan Sasuke sendirian.

“Apa.Yang.Tadi.Kau.Katakan.Tentang.Sakura-chan?” tanya Naruto lambat-lambat dan penuh penekanan.

“Ak- Aku ti-tidak bilang apa-apa kok.” Sasuke menjawab dengan gugup.

“Oh, ya? Lalu yang kau bicarakan dengan Karin itu apa?” Hinata ikut menimpali.

“Aku tidak membicarakan apa pun kok. Aku hanya bilang pada Karin kalau aku sudah punya pacar dan aku menolaknya.” Sasuke mencoba untuk terdengar meyakinkan.

“Jangan bohong!! Aku dengar semua yang kau bicarakan dengan redhead itu. Kau bilang kalau kau tidak serius dengan Sakura-chan. Kau hanya mempermainkan Sakura-chan, iya kan?” nada suara Naruto makin meninggi. Hinata kaget sendiri mendengarnya.

“Kau salah dengar Naruto, aku tidak pernah bicara seperti itu.” elak Sasuke.

Bullshit!” Naruto maju dan mencengkeram kerah baju Sasuke.

Hinata yang berdiri dibelakang Naruto sejak tadi, menahan lengan Naruto kuat-kuat. Hinata  khawatir 
Naruto akan menghajar Sasuke.

“Kau masih tidak mau mengaku, hah?! Aku tidak akan segan-segan menghajarmu jika kau berani berbohong padaku.” ancam Naruto.

“Ok-oke...oke. Aku mengaku. Aku hanya ingin bermain-main dengan Sakura. Tapi itu bukan salahku. Sakura sendiri yang selalu ngotot dan mendekatiku.” ujar Sasuke tanpa merasa bersalah. 

“Dasar brengsek!” maki Naruto. Naruto menghujamkan satu pukulan tepat di pipi Sasuke.
 Sasuke jatuh terjerembab di lantai ubin dan memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Naruto baru saja akan melayangkan tinjunya lagi ketika Hinata menahan tangannya.

“Cukup Naruto. Kita pergi dari sini.” cegah Hinata.”percuma meladeni laki-laki tidak tahu diri seperti dia. Sebaiknya kita menemui Sakura-chan, dia pasti khawatir karena kita pergi terlalu lama.” tambah Hinata lagi.

Naruto masih tidak beranjak dari posisinya. Ia masih menatap Sasuke dengan tatapan emosi. Hinata sampai harus menariknya lagi agar Naruto mau pergi dari situ. Meski mulutnya terkatup rapat, tapi sorot mata Naruto tetap sengit menatap Sasuke yang masih terkapar dilantai saat ia meninggalkan perpustakaan.

Hinata masih menarik tangan Naruto ketika mereka kembali menyusuri koridor sekolah menuju gymnasium. Hinata khawatir kalau Naruto masih emosi dan berniat kembali ke perpustakaan untuk menghajar Sasuke.

“Hinata, kenapa sih kau menghalangiku untuk menghajar si baka Sasuke itu?” protes Naruto.

“Aku cuma tidak mau kau mendapat masalah karena kedapatan berkelahi di sekolah.”

“Tapi dia sudah mempermainkan Sakura-chan, Hinata. Kau tahu kan, aku tidak bisa diam begitu saja melihat Sakura-chan dipermainkan seperti itu!”

“Aku tahu!” Hinata tiba-tiba berhenti dan melepaskan tangan Naruto yang ditariknya sejak tadi. Naruto ikut berhenti dan menatap Hinata.

Hinata melanjutkan. “Aku tahu kalau kau tidak rela melihat Sakura disakiti oleh Uchiha-san. Tapi bukan seperti ini caranya. Menghajar Uchiha-san hanya akan membuatmu dapat masalah di sekolah. Dan lagi, Sakura tidak akan suka melihatmu menghajar pacarnya.’

“Tapi dia memang patut di hajar!” Naruto menatap marah pada Hinata yang di anggapnya sudah membela Sasuke.

“Iya, aku tahu Naruto...” ucap Hinata gemas. “tapi kau tidak perlu mengorbankan dirimu dengan di skors seminggu cuma karena meladeni orang tidak penting seperti Uchiha-san.”

Hinata membiarkan Naruto memikirkan kata-katanya sejenak. Iris saphire pemuda berambut pirang itu tampak mulai melembut begitu menyadari maksud perkataan Hinata.

Hinata benar…’ batin Naruto.’kalau aku sampai di skors, itu artinya aku tidak akan bisa bersama Sakura-chan di sekolah selama seminggu kedepan.’

“Kau sudah tenang?” tanya Hinata beberapa saat kemudian.Naruto mengangguk perlahan.

“Oke. Kalau begitu kita bisa kembali ke gymnasium sekarang.”
Naruto mengangguk lagi. Hinata tersenyum dan berjalan lebih dulu. Naruto segera menyusul dan berjalan disamping Hinata.

Arigatou, Hinata.” bisik Naruto lirih. “Aku hampir saja bertindak bodoh kalau tidak ada kamu.”

Hinata tersenyum. “Iya, sama-sama. Itu kan gunanya sahabat.”

Melihat senyum gadis bersurai indigo di sampingnya, mau tidak mau Naruto juga ikut tersenyum.

Kau gadis yang baik Hinata...
Aku senang punya sahabat yang selalu bisa memahamiku seperti kau…
Aah, andai saja Sakura-chan sepertimu, mungkin aku tidak akan sekacau ini………

TBC
Fiuuh,, akhirnya chapter dua selesai juga...
Gimana menurut reader?? Kepanjangan ya? Atau malah kependekan?? *bertanya dengan muka harap-harap cemas*
Yahh,, semoga aja reader suka sama fic Aii.
Buat yang udah baca,, jangan lupa ngasih komentar yaa..
Arigatou....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar