Nama : Miroku
Umur : 19
Kekasih : Sango
Sahabat : Inuyasha, Kagome, Kirara, Shippo, Koga, Kakek Myoga, Totosai.
Latar Belakang :
Miroku
adalah seorang pendeta Buddha muda yang seperti kakek dan ayahnya,
terbiasa berkelanan untuk membasmi siluman jahat. 50 tahun yang lalu,
kakek Miroku terjebak oleh Naraku yang menyamar dalam wujud wanita
cantik. Naraku meninggalkan kutukan berupa ‘kaza ana’ (lubang angin)
pada telapak tangan kanan kakek Miroku. Jika dibuka, lubang angin itu
akan menghisap apapun yang ada di depannya, dan bila telah masuk tak
akan bisa keluar kembali.
Kutukan itu hanya dapat hilang bila Naraku telah mati. Tapi kakek Miroku tak dapat membunuh Naraku hingga akhirnya tewas terhisap lubang yang semakin lama semakin membesar tersebut. Dan ternyata, kutukan itu menurun pada ayah Miroku yang kemudian mengalami hal yang sama, hingga akhirnya menurun pula pada Miroku.
Sejak ayahnya meninggal ketika ia masih kecil, Miroku hidup bersama pendeta tua yang pemabuk bernama Mushin,
hingga setelah cukup dewasa ia pun berkelana sendirian. Suatu hari
dalam perjalanan membasmi siluman jahat dan mengumpulkan pecahan shikon
no tama, ia bertemu dengan Inuyasha, Kagome, dan Shippo yang
juga sedang mengumpulkan pecahan shikon no tama. Awalnya Miroku
berusaha merebut pecahan shikon no tama yang ada pada Kagome, dan
karena itu sempat bertarung dengan Inuyasha. Tapi setelah saling
mengenal kebaikan dan kehebatan masing-masing, maka Miroku pun ikut
bergabung dengan Inuyasha, Kagome, dan Shippo dalam perjalanan mengumpulkan pecahan shikon no tama dan memburu Naraku.
Sifat
Miroku
benar-benar memiliki tenaga magis yang sangat kuat sebagai seorang
pendeta, hingga mampu menaklukkan banyak siluman. Akan tetapi sikapnya
justru sangat bertolak belakang dengan sikap pendeta pada umumnya. Ia
seringkali mendatangi rumah bangsawan kaya dengan dalih mengusir siluman
yang mengganggu, supaya diberi imbalan. Dan bila tidak diberi, ia bisa
mencuri barang-barang berharga untuk kemudian dijual. Satu lagi,
Miroku juga gemar menggoda wanita cantik.
Tapi di balik itu, Miroku seringkali kesulitan menghadapi rasa takut dalam dirinya, rasa takut akan segera lenyap ditelan lubang angin di telapak tangannya. Karena itu, setelah menemukan teman-teman yang memperhatikan, menguatkan hatinya, dan memberi semangat, ia selalu berjuang sekuat tenaga, bahkan rela mengorbankan diri sendiri demi menyelamatkan teman-temannya saat mereka dalam bahaya.
Pada
setiap wanita cantik yang baru ditemuinya, termasuk juga Kagome,
Miroku selalu menyempatkan diri untuk dengan ekspresi serius mengatakan :
“Maukah Kau melahirkan anakku?”, walau bagaimanapun reaksi mereka
kemudian. Kenyataannya, ia tak pernah menganggap hal itu serius.
Hanya pada seorang wanita hal itu tak dikatakannya saat baru bertemu,
yaitu Sango. Setelah melewati kebersamaan yang juga diwarnai
pertengkaran, walau tak diakui sesungguhnya Miroku dan Sango saling
menyukai. Hingga suatu hari setelah menghadapi pertempuran berat yang
hampir menewaskan mereka berdua, akhirnya Miroku dengan serius
mengatakan, “…Setelah pertempuran dengan Naraku berakhir dan kutukan
lubang angin ini hilang, maukah kau melahirkan anakku, dan kita hidup
bersama?” Sango pun dengan terharu menerima, walau Miroku tak dapat
menjawab saat diminta untuk setia.
Senjata
Walau
sejatinya adalah kutukan, lubang angin dapat digunakan sebagai senjata
andalan untuk membasmi siluman. Musuh yang besar dan dalam jarak cukup
jauh pun dapat dihisap dan dimusnahkan. Akan tetapi bila berhadapan
dengan Naraku, ada Saimyosho (serangga beracun) milik naraku yang bila
terhisap oleh Miroku akan membuatnya keracunan hingga lemas atau bahkan
tewas bila terlalu banyak. Karena itu, Miroku tak dapat menggunakan
lubang angin untuk membunuh Naraku.
Tanpa lubang angin, Miroku dapat menggunakan horiki (kekuatan spiritual Buddha), kertas mantra, dan tongkatnya. Miroku juga mampu menggunakan kekkai yang membuatnya tak terlihat oleh musuh untuk beberapa saat.
Sumber :
http://seshomaru2.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar